widgets

laman html

Kamis, 16 April 2015

Padi Sawah Apung

Padi apung adalah sistem budidaya pertanian baru untuk jenis tanaman padi yaitu dengan menanam padi diatas permukaan air. Teknologi padi apung dilatar belakangi karena sering terjadinya banjir di desa Ciganjeng yang menyebabkan kerugian pada petani karena ratusan hektar sawah terendam banjir. Padi apung dikembangkan pertama kali oleh Taruna Tani Mekar Bayu yang bekerjasama dengan Ikatan Petani Pengedali Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI ). Teknologi ini cukup sederhana, yaitu dengan menggunakan rakit yang dibuat dengan bambu atau paralon dan diberikan sabut kelapa, jerami, dan tanah. Hal inilah yang membedakan padi apung dengan sistem penanaman konvensional pada umumnya.

Metode padi apung ini sangat berguna jika diterapkan pada wilayah yang memiliki curah hujan tinggi atau daerah yang terkena banjir. Berdasarkan hasil pengamatan masyarakat banjir yang sering terjadi di Desa Ciganjeng disebabkan oleh meluapnya sungai Citanduy, Ciseel, Cirapuan, serta banjir kiriman dari Ciamis dan Tasik. Kondisi inilah yang membuat masyarakat berusaha mengembangkan metode padi apung untuk menjaga keberlangsungan fungsi daerah Ciganjeng sebagai salah satu daerah lumbung padi. Beberapa bulan lalu, padi apung membawa hasil yang mengembirakan. Warga berhasil menanam padi varietas IR 64 dengan pola tanam tunggal, dan menggunakan bahan-bahan organik sebagai pengganti dari pupuk anorganik. Hasil panen perdana menghasilkan 6,4 ton per hektar. Keunggulan lain dari padi apung adalah para petani dapat sekaligus memelihara ikan dengan jumlah yg relatif banyak dibandingkan dengan sawah konvensional.





Sumber: http://kknm.unpad.ac.id/ciganjeng/2015/02/02/padi-apung/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar